Namun, jangan salah. Meski diluar begitu menyengat, tidak demikian jika sudah memasuki rumah “telletubies” ini. Meski terbuat dari beton tebal, jika siang, didalam justru sejuk. Lantai keramik meruapkan dingin, jika terinjak kaki telanjang.
Alhasil, nyaris tidak ada orang kipasan meski diluaran matahari sedang tinggi-tingginya. “Dingin kok mas, semakin panas di luar, semakin dingin saja disini,” kata Usman Sutrisno, 65 salah satu warga Ngelepen yang beruntung mendapatkan rumah Dome.
Rumah ini dibangun atas sumbangan World Association of Non-Governmental Organizations (Wango) dengan donatur tunggal Muhammad Ali Alabar. Ali Alabar, adalah pemilik Emaar Property Dubai, Uni Emirates Arab.
Rumah ini dinamai Dome. Seperti namanya, rumah ini berbentuk setengah lingkaran yang telungkup. Kalau anda atau anak anda penggemar serial boneka telletubies yang booming beberapa waktu lalu, bentuknya hampir sama dengan rumah ini.
Bentuk rumah ini memang unik. Mengingatkan akan rumah igloo, milik suku Eskimo. Berbentuk bulat, seperti parabola telungkup. Desa ini semula tak ada yang mengenal. Dusun Ngelepen berada di kaki pebukitan yang memanjang dari Bantul ke Klaten. Dusun ini berada di pelosok. Dari jalan utama Solo-Yogyakarta, masih membutuhkan perjalanan lebih dari tujuh kilometer.
Semenjak gempa 27 juni silam, 71 rumah di dusun Ngelepen yang ada di kaki bukit nyaris tidak layak huni. Hingga kemudian LSM Wango berbaik hati melakukan uji pembuatan rumah dome untuk relokasi warga Ngelepen.
Kini kompleks rumah dome sudah kokoh berdiri. Sebuah pemandangan yang fantastik jika melihat jejeran rumah dome ini dari ketinggian. Seperti telur angsa yang tercecer. Beruntung memang warga yang menempati rumah ini. LSM Wango benar-benar sudah memperhitungkan secara cermat. Rumah berbentuk setengah lingaran yang telungkup tersebut, tentunya tak akan mudah goyah meski gempa menggoyang-goyang lokasi ini.
Struktur bangunan yang telungkup plus beton tebal, membuat rumah ini kuat sekaligus sejuk meski panas menyengat. Berada di atas bangunan berukuran 6x6, rumah ini hanya mampu bisa menampung dua kamar tidur, dan satu dapur. Sementara, karena sisa atap yang tinggi, LSM Wango membelahnya menjadi tingkat yang bisa dijadikan sebagai ruang keluarga.
“Kebetulan, saya memakai lantai atas untuk nonton televisi,” kata Usman.
Jika siang sejuk karena aliran udara yang mengalir plus beton yang memantulkan panas, tak demikian jika malam. Konon, jika malam, rumah ini tak lagi sejuk. Untuk itu, di bagian atap beton, LSM Wango membuatkan semacam cerobong untuk sirkulasi udara.
Rumah dome ini satu-satunya di Indonesia. Bahkan di dunia, hanya ada lima negara yang memiliki rumah dome. Kali pertama di bangun di India, Nicaragua, Haiti, Paraguay dan terakhir di Indonesia. Menurut rencana, negara keenam yang akan menikmati rumah dome adalah Korea.
Menarik memang. Dan karena ini satu-satunya di Indonesia, semenjak di resmikan, sudah banyak warga yang datang sekedar untuk menonton rumah “teletubies” tersebut. “Banyak orang hanya sekedar lewat, membuka jendela mobil atau foto-foto,” pungkas Usman (fian)
|
0 komentar:
Posting Komentar